Senin, 09 Juni 2014

REUNION.


Hai Addict, long time no see. Apa kabar? Kangen rasanya bikin post-post alay di Blog yang makin lama makin dekil gara-gara nggak pernah gua buka. Saking dekilnya, gua butuh waktu kurang lebih satu jam buat beres-beres timeline. Mulai dari sapu bersih sarang laba-laba, ngusir gelandangan yang udah bikin Blog gua kayak panti asuhan, nyapu, ngepel, sampai menata ulang hati.
Eh, menata ulang template maksudnya.
Ngomong-ngomong soal hati, gua hampir lupa nyapa fakir-fakir asmara penunggu pintu gerbang cinta. How’s your day, guys? Masih sama seperti hape kalian yang selalu sepi kah?
Anyway, I know how it feels. Hiks. Sedih.
Bukan sedih karena hape gua sepi, bukan. Tapi ya, I really know how it feels.
Rasa sedih ketika lo menyadari kalo di setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Ketika lo sadar kalo apa yang ada disekitar lo pada akhirnya harus pergi dan kembali ke jalannya sendiri. Ninggalin lo. Dan bersamaan dengan itu, lo juga menyadari kalau lo merindu.
Banyak hal yang terjadi di setahun belakangan ini. Kalau lo mahasiswa, lo pasti tau hal-hal apa aja yang mungkin bisa gua alami selama satu tahun. Dan bagian paling seremnya menurut gua adalah, tentang Pertemuan dan Perpisahan itu sendiri.
Di tahun ini, Tuhan bener-bener baik sama gua. Gua dipertemukan sama banyak orang hebat. Beberapa dari mereka sebenernya wajah lama. Tapi Tuhan mengizinkan gua buat mengenal mereka lagi lebih dekat so finally I know how special they are.
Have you ever heard about this quote?

When people come into us,
They automatically divided by two;
Stay a little longer and being part of you, or leave as a lesson

Well, it’s okay if you never heard it. Actually, it made by me and it just posted here. Meskipun gua tau gua menyimpulkan quote ini dari beberapa quote lain yang juga punya arti sama.
Tapi jelas, pepatah macam ini faktanya benar terjadi. Ketika gua dihadapkan sama sebuah alasan – entah itu kepanitiaan, rasa sakit, obrolan kecil di ruang tunggu, gua baru tau kalau mereka yang sedang berbicara dihadapan gua sebenarnya adalah orang-orang luar biasa. Tapi sialnya, setelah semua alasan itu berakhir – atau gampangnya setelah kepanitiaan itu selesai, mereka juga ikut pergi. Dan yang kayak gua bilang tadi, mereka pergi sebagai pelajaran. Lebih mirisnya lagi, beberapa dari mereka pergi meninggalkan kenangan.


Gua benci perubahan. Gua benci perpisahan.
Gua benci harus ngebayangin orang-orang yang gua sayang pergi gitu aja. Apalagi kalau gua menyadari kalau gua belum melakukan apapun untuk mereka. Meski itu cuma sekedar kata maaf dan terima kasih.
Tapi bodohnya, kita nggak akan pernah menyadari betapa berartinya seseorang buat kita sebelum perpisahan itu terjadi. Dan lebih bodohnya lagi, kita baru bakal ngucapin maaf dan terima kasih justru setelah orang itu pergi.
Perubahan itu perlu. Tapi harus diperhatiin perbedaan antara perubahan sama perpisahan. Berubah, nggak selalu harus berpisah. Kalau lo ngerasa lo udah nggak sanggup sama orang-orang yang ada di sekitar lo, saran gua cuma satu. Lo harus pergi menjauh sejenak, datengin tempat yang menurut lo paling istimewa, setel lagu yang paling lo suka, dan bayangin hal-hal yang udah lo jalanin bareng sama temen-temen lo.
Perpisahan itu lumrah. Tapi inget, Tuhan mengirimkan orang-orang hebat itu ke hadapan lo karena Dia tau mereka yang terbaik buat lo. Jangan hancurin amanah yang udah Tuhan kasih hanya karena ego yang seharusnya bisa lo kendaliin, guys.
Penyesalan nggak pernah datang duluan. Tuhan yang mempertemukan, maka Dia juga yang punya hak atas setiap perpisahan.